Sistem Pertanian Organik Dengan Konsep Bio Tekhnologi Berbasis Mikroba
Sistem Pertanian Organik Dengan Bio Tekhnologi Berbasis Mikroba merupakan konsep dasar dalam sistem pertanian organik, Bio tekhnologi berbasis mikroba berfungsi untuk meningkatkan tingkat kesuburan tanah dengan mengaktifkan sekaligus meningkatkan mikroba tanah.
Konsep bio tekhnologi mikroba ini adalah awal bagaimana menyeimbangkan hubungan antara hara, tanah, dan tanaman.
Filosofi yang mendasari pertanian organik adalah dengan mengembangkan prinsip - prinsip utama pertanian organik seperti memberi makanan pada tanah.
Selanjutnya tanah menyediakan makanan untuk tanaman (feeding the soil that feeds the plant), dan bukan memberikan makanan langsung ketanaman, Dengan istilah lain membangun kesuburan tanah.
Strategi membangun kesuburan tanah adalah dengan memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos, atau pupuk kandang menjadi bio massa tanah .
Selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah.
Alasan kesehatan dan kelestarian alam menjadikan pertanian organik sebagai salah satu alternatif pertanian modern.
Pertanian organik mengandalkan bahan-bahan alami dan menghindari input bahan sintetik, baik berupa pupuk, herbisida, maupun pestisida sintetik.
Namun, petani sering mengeluhkan hasil pertanian organik yang produktivitasnya cenderung rendah dan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit.
Masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan memanfaatkan bio teknologi berbasis mikroba yang diambil dari sumber-sumber kekayaan hayati.
Sebenarnya tanah sangat kaya akan keragaman mikro organisme, seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus.
Tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah.
Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba tersebut.
Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan, biokontrol patogen dan membantu penyerapan unsur hara.
Bio teknologi berbasis mikroba dikembangkan dengan memanfaatkan peran-peran penting mikroba tersebut.
Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman.
Mikroba bio dekomposer unggul tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi hanya sekitar 1-2 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos.
Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
Mikroba-mikroba tanah banyak yang berperan di dalam penyediaan maupun penyerapan unsur hara bagi tanaman. Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba.
Hara Nitrogen tersedia melimpah di udara, Kurang lebih sekitar 74% kandungan udara adalah unsur N. Namun, Nitrogen udara tidak dapat langsung dimanfaatkan tanaman.
Nitrogen harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dan ada pula yang hidup bebas.
Mikroba penambat N simbiotik antara lain Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose). Sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp.
Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, dan untuk mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K).
Tanah pertanian kita umumnya memiliki kandungan P cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah.
Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman.
Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium.
Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Kelompok mikroba lain yang juga berperan dalam penyerapan unsur P adalah Mikoriza yang bersimbiosis pada akar tanaman.
Setidaknya ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza.
Mikoriza berperan dalam melarutkan P dan membantu penyerapan hara P oleh tanaman.
Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering dimanfaatkan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp.
Beberapa mikroba tanah mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar.
Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba bermanfaat tersebut diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer.
Hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa biofertilizer setidaknya dapat mensuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman.
Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain: Rhiphosant, Kamizae, OST dan Simbionriza.
Demikianlah artikel " SISTEM PERTANIAN ORGANIK DENGAN KONSEP BIO TEKHNOLOGI BERBASIS MIKROBA " , Artikel ini kami post ulang dari Blog Pupuk Organik Cair. Terima kasih.
Demikianlah artikel " SISTEM PERTANIAN ORGANIK DENGAN KONSEP BIO TEKHNOLOGI BERBASIS MIKROBA " , Artikel ini kami post ulang dari Blog Pupuk Organik Cair. Terima kasih.